"Jadi, terorisme adalah permainan dalam pikiran seseorang", kata ahli terorisme, Gordon Woo. Inspirasi Hollywood Ahli Matematika dari MIT, Jonathan Farley mengatakan bahwa dia melaksanakan pertemuan ini karena idenya dari film "A Beautiful Mind", tentang seorang ahli Matematika bernama John Forbes Nash yang bekerja sebagai ahli strategi militer pada masa Perang Digin, perdagangan internasional dan pelelangan untuk frekuensi radio pada badan pengawas komunikasi Federal Amerika. "Saya adalah ahli Matematika murni, jadi saya mungkin tidak ada gunanya dalam perang melawan terorisme", kata Farley. "Tetapi tidak apa-apa kan kalau saya dapat membantu orang - bahkan mungkin menyelamatkan hidup mereka". "Institut Keamanan Dalam Negeri telah mendapatkan perintah dari Kongres Amreika untuk melakukannya", kata Gary G. Nelson. Seorang peneliti senior pada institusi pemerintah yang menghadiri pertemuan ini dengan harapan mendapatkan bantuan dari para ahli. Sejumlah ide sepertinya menjanjikan, kata Nelson. Hal yang mendasari adalah cara menolong agen rahasia untuk mengurangi jumlah informasi yang harus mereka olah. Secara teoritis, kata Farley, Matematika Abstrak dapat membantu seorang agen rahasia dengan cara efektif untuk menghancurkan jaringan teroris. Mengeliminasi orang tengah Katakanlah, mungkin lebih mudah atau murah untuk mengeliminasi orang-orang yang menjadi tangan akhir dalam terorisme dibandingkan dengan pemimpinnya. Tetapi apakah dengan menangkap 1 atau 2 orang pelaku saja akan memutus rantai komando? Teori order dapat menjawabnya "Ini akan menghemat keuangan", kata Farley Tentu saja, kebanyakan struktur organisasi dari kelompok teroris tidak diketahui. Tehnik Matematika bisa diterapkan dalam masalah ini dengan menggunakan komputer yang akan menyisir database berukuran raksasa yang dapat mencari hubungan antara setiap orang, dan lokasi kejadian. Sebagai contoh, sebuah program dapat saja menemukan bahwa seluruh orang yang terlibat dalam sebuah aksi berasal dari daerah yang sama. Atau mungkin menemukan email dalam jumlah besar dari teroris yang berada di Jerman dan satunya di Amerka dengan kemungkinan mereka bekerja sama. Tehnik penggalian data ini tidaklah baru tetapi peningkatan dari kemampuan komputer akhir-akhir ini dapat mencapai terobosan baru. Jafar Adibi, seorang ahli komputer di Universitas Southern California sedang mengembangkan cara untuk menemukan hubungan pada orang yang bahkan belum terlibat dalam penyelidikan. "Anda akan berusaha untuk menemukan semuanya", kata Adibi. Cek Silang Tehnik ini dijalankan dengan pengetahuan tentang sejumlah kecil anggota teroris. Kemudian program akan menganalisa sejumlah kesamaan diantara orang-orang ini dengan orang lain dalam database. Hasil dari program adalah kemungkinan hubungan antara orang-orang yang memiliki kesamaan ini Adibi telah menguji programnya menggunakan sebuah database yang dibangun dari berita-berita di koran dan majalah. Dia menandai 20% dari anggota jaringan teroris yang diketahui dan mencoba apakah programnya dapat menemukan sisa jaringannya. Saat ini, program tersebut tidak dapt menemukan 20% sisa jarigan dan 3 dari 10 orang yang ditandai oleh program sebagai "orang jahat" sebenarnya bukanlah teroris. Adibi mengatakan dia berusaha untuk memperbaiki kinerja program ini. Tetapi walaupun demikian, programnya tentu saja akan sangan membantu untuk mencegah penahanan massal oleh aparat keamanan. Inggris telah menahan 600 orang yang dicurigai sejak aksi 11 September dan hanya memenjarakan 15 orang dari antaranya, bahkan Amerika sendiri menahan sekitar 5000 orang berkebangsaan asing dibawah undang-undang Patriot (Patriot Act) yang menyebabkan trauma bagi mereka dan keluarganya. "Bagian dari perang melawan terorisme adalah memenangkan hati dan pikiran", kata Woo, seorang analis pada Solusi Manajemen Resiko dari London yang khusus menangani perhitungan dari resiko-resiko yang dihadapi oleh kliennya dari dunia perbankan dan asuransi. Pikiran adalah spesialiasi dari Vladimir Lefebvre, seorang ilmuwan kognitif dari Universitas California di Irvine. Dalam karirnya Lefebvre bekerja pada proyek rahasia Soviet di tahun 1970-an ""Saya dapat memperhitungkan perasaan", katanya dengan dingin. Bertaruh pada kemanusiaan Ide Lefebvre mungkin menggelikan. Setiap orang, katanya, memiliki sisi yang melihat dirinya dalam membuat keputusan yang dapat dipengaruhi oleh dunia luar. Jadi pada prinsipnya ada sisi dari seorang teroris yang membuatnya berpikir bahwa yang dilakukannya salah. Lefebvre yakin bahwa kemampuan manusia dalam membuat keputusan dapat diterjemahkan dalam persamaan sederhana dari cara seseorang memandang dirinya atau pengaruh dari lingkungannya. Stefan Schmidt, seorang ilmuwan dari Universitas Negeri New Mexico yang ikut bekerja bersama Lefebvre mengemukakan contoh hipotesis. Apabila teroris ingin memutuskan untuk memasuki Amerika, satu di Pacific Northwest, satunya di Southwest dan satunya lagi di Northeast, apabila melihat dari longgarnya pengamanan maka mereka akan memutuskan untuk memasuki Amerika dari Southwest. Apabila pengamanan di perbatasan begitu ketatnya di Northeast tetapi di Southwest dapat dibuat seakan lebih ketat daripada di Northeast maka mungkin para teroris malahan memilih titik yang sebenarnya dijaga paling ketat dan mereka akan tertangkap. Di dalam perang tehnik ini telah digunakan untuk mengetahui kemungkinan keputusan yang diambil oleh pihak lawan. Kombinasi dari kejeniusan Tetapi untuk melaukannya diperlukan kombinasi dari kejeniusan, insting dan keberuntungan. Dan adalah tujuan Lefebvre untuk mengurangi kombinasi itu. Kathleen M. Carley seorang ahli komputer dari Universitas Carnegie Mellon telah mencoba melakukannya dengan mensimulasikan sejumlah kelompok perlawanan. Dia mencoba membangun simulasi dari Hamas dari berita-berita koran kedalam database yang kemudian dianalisa oleh program yang membangun relasi dan setiap orang. Program ini menemukan kepribadian lemah dan kuat, pemegang kekuasaan, hubungan yang tidak tampak serta orang dengan kemampuan khusus. Kemudian sebuah program lain dapat meramalkan apa yang akan terjadi apabila seseorang tertentu dihilangkan dari kelompok ini. Setelah pembunuhan oleh Israel atas pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin bulan Maret 2004, program ini dengan tepat meramalkan Abdel Azziz Rantisi sebagai penggantinya. Tiga minggu kemudian Rantisi juga terbunuh. Program Carley meramalkan posisi ketua akan digantikan Khaled Mashaal dan memasukkan hasil temuan programnya ke Internet. Kali ini Hamas merahasiakan siapa pemimpin mereka karena takut akan dikejar intel tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa Mashaal adalah pemimpin berikutnya. Akhirnya kantor Carley didatangi petugas keamanan yang memintanya untuk tidak lagi memasukkan hasil-hasil programnya ke Internet |
0 komentar: